SALAFIYYUN MENGIKUTI MANHAJ SALAF SECARA LAHIR DAN BATIN
26 November 2010
Disusun oleh : Arif Fathul Ulum bin Ahmad Saifullah
(Majalah AL-FURQON)
Karakteristik utama dari Salafiyyun -para pengikut manhaj Salaf- adalah ittiba'nya mereka kepada manhaj Salafush Sholih dalam ittiba'nya kepada Kitab dan Sunnah, mendakwahkan dan mengamalkan keduanya.
Al-Imam Ahmad bin Hanbal rohimahullohu berkata: "Pokok-pokok Sunnah di sisi kami adalah: "Berpegang teguh dengan jalan yang ditempuh oleh para sahabat Rosululloh Shalallohu 'Alaihi Wasallam dan meneladani mereka."[1]
Al-Imam Abu 'Utsman ash-Shobuni rohimahullohu berkata: "Mereka (ashabul hadits) mengikuti jejak Nabi Shalallohu 'Alaihi Wasallam dan para sahabatnya... mereka meneladani para salafush sholih dari para imam agama dan ulama kaum muslimin, mereka berpegang teguh dengan jalan yang mereka tempuh dari agama yang teguh dan kebenaran yang jelas."[2]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahullohu berkata: "Kemudian diantara manhaj Ahli Sunnah wal Jama'ah adalah ittiba' kepada atsar-atsar Rosululloh Shalallohu 'Alaihi Wasallam secara lahir dan batin, dan ittiba' kepada jalan generasi pendahulu dari kalangan Muhajirin dan Anshor, dan mengikuti wasiat Rosululloh Shalallohu 'Alaihi Wasallam di dalam sabdanya:
"Wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rosyidin yang mendapat petunjuk sepeninggalku, dan waspadalah kalian dari perkara-perkara yang baru, karena setiap perkara yang baru adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah kesesatan."[3]
Mereka mengetahui bahwa sebenar-benar perkataan adalah Kitabulloh dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shalallohu 'Alaihi Wasallam. Mereka mendahulukan perkataan Alloh atas semua perkataan manusia. Dan mereka mendahulukan petunjuk Muhammad atas petunjuk siapapun."[4]
Salafiyyuh berusaha dengan sekuat tenaga melaksanakan agama Islam secara sempurna didalam kehidupan mereka karena syari'at Islam penuh dengan perbendaharaan-perbendaharaan yang sangat berharga yang mencakup seluruh gerak-gerik seorang muslim: bagaimana dia bergaul dengan saudaranya sesama muslim, bagaimana bergaul dengan tetangga, bagaimana bersikap dengan wanita yang bukan mahram, bagaimana bergaul dengan kedua orang tua, bagaimana bergaul dengan anak dan istri, bagaimana dia naik kendaraan,
bagaimana seharusnya pemikirannya, bagaimana dia berpakaian, bagaimana dia berdagang, dan secara ringkas seperti yang disabdakan oleh Nabi Shalallohu 'Alaihi Wasallam:
"Sesungguhnya tidaklah ada sesuatu yang mendekatkan kalian ke surga melainkan telah aku perintahkan kepada kalian, dan tidaklah ada sesuatu yang mendekatkan kalian ke neraka melainkan telah aku larang kalian darinya."[5]
Demikian juga Salafiyyun selalu melaksanakan wasiat Rosululloh Shalallohu 'Alaihi Wasallam yang telah melarang umatnya dari meniru orang-orang kafir didalam kekhususan-kekhususan orang-orang kafir untuk menjaga kepribadian dan karakteristik seorang muslim, maka telah datang hadits-hadits yang melarang kaum muslimin dari loyalitas, kecintaan, meniru dan taklid orang-orang kafir.
Demikian juga Rosululloh Shalallohu 'Alaihi Wasallam memerintahkan setiap muslim agar menyelisihi orang-orang kafir dalam segala hal seperti masalah pakaian, tingkah laku, dan sebagainya.
Hal ini sangat berbeda sekali dengan orang-orang yang menyatakan hendak memperjuangkan syari'at Islam akan tetapi mereka justru meremehkan pengamalan syari'at-syari'at Islam. Mereka sinis terhadap orang-orang yang mereka pandang mengutamakan penampilan-penampilan Islami yang diperintahkan oleh Nabi Shalallohu 'Alaihi Wasallam seperti memanjangkan jenggot, memendekkan celana diatas mata kaki, hijab bagi wanita, dan menyelisihi orang-orang kafir didalam berpakaian,
mereka katakan bahwa hal tersebut lebih mementingkan kulit daripada isi !!! Mereka membuat pembagian yang bid'ah dengan membagi agama menjadi qushur (kulit) dan lubab (isi)!
[1]
Syarah Ushul I'tiqod oleh al-Imam Lalikai 1/176 - terbitan Daru Thayyibah Riyadh cetakan keempat 1416 H.
[2]
Aqidah Salaf Ashabul Hadits hlm. 113-114 - terbitan Maktabah Ghuroba' al-Atsariyyah Madinah cetakan kedua 1415 H
[3]
Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya 4/126, ad-Darimi dalam Sunannya 1/57, Tirmidzi dalam Jami'nya 5/44, dan Ibnu Majah dalam Sunannya 1/15 dan dishohihkan Syaikh al-Albani dalam Zhilalul Jannah: 26,34
[4]
Aqidah Wasithiyyah hlm. 255 - dengan Syarah Muhammad Kholil Harras terbitan Darul Hijrah Riyadh cetakan ketiga 1415 H
[5]
Diriwayatkan oleh Abu Bakr al-Haddad dalam Muntakhab min Fawaid Ibu Aluwiyyah al-Qoththon hlm. 168 dan Ibnu Marduwiyah dalam Tsalatsatu Majalis hlm. 188 dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah Shohihah 6/865